Monday, December 2, 2013

BAB 12
DIRI SENDIRI

Syair 157 :
Bila orang mencintai dirinya sendiri, maka ia harus menjaga dirinya dengan baik. Orang bijaksana selalu waspada selama tiga masa dalam kehidupannya.

Syair 158 :
Hendaknya orang terlebih dahulu mengembangkan diri sendiri dalam hal-hal yang patut, dan selanjutnya melatih orang lain. Orang bijaksana yang berbuat demikian tak akan dicela.

Syair 159 :
Sebagaimana ia mengajari orangl ain, demikianlah hendaknya ia berbuat. Setelah ia dapat mengendalikan dirinya sendiri dengan baik, hendaklah ia melatih orang lain. Sesungguhnya amat sukar untuk mengendalikan diri sendiri.

Syair 160 :
Diri sendiri sesungguhnya adalah pelindung bagi diri sendiri. Karena siapa pula yang dapat menjadi pelindung bagi dirinya? Setelah dapat mengendalikan dirinya sendiri dengan baik, ia akan memperoleh perlindungan yang sunguh amat sukar dicari.

Syair 161 :
Kejahatan yang dilakukan oleh diri sendiri, timbul dari diri sendiri serta disebabkan oelh diri sendiri, akan menghancurkan orang bodoh, bagaikan intan memecah permata yang keras.

Syair 162 :
Orang yang berkelakuan buruk adalah seperti tanaman menjalar maluva yang melilit pohon sala. Ia akan terjerumus sendiri, seperti apa yang diharapkan musuh terhadap dirinya,

Syair 163 :
Sungguh mudah untuk melakukan hal-hal yang buruk dan tak bermanfaat, tetapi sungguh sulit untuk melakukan hal-hal yang baik dan bermanfaat bagi diri sendiri.

Syair 164 :
KArena pandangan yang salah orang bodoh menghina ajaran orang mulia, orang suci dan orang baji, Ia akan menerima akibatnya yang buruk, seperti rumput kastha yang berbuah hanya untuk menghancurkan dirinya sendiri.

Syair 165 :
Oleh diri sendiri kejahatan dilakukan, oleh diri sendiri pula seseorang menjadi suci. Suci atau tidak suci tergantung pada diri sendiri. Tak seorang pun yang dapat mensucikan orang lain.

Syair 166 :
Walaupun bisa menolong orang lain, seseorang hendaknya tidak melalaikan kesejahteraan sendiri. Setelah memahami tujuan akhir bagi diri sendiri, hendaknya ia tetap teguh melaksanakan tugas kewajibannya.

Ceritera

Syair 166 :
Kisah Sthavira Attadattha

Ketika Hyang Buddha mengumumkan bahwa Beliau akan mencapai parinirwana dalam waktu 4 bulan lagi, banyak bhiksu putthujjana (bhiksu-bhiksu yang belum mencapai tingkat kesucian) merasa cemas dan tidak tahu harus berbuat apa, lalu mereka berusaha dekat dengan Hyang Buddha.
Attadattha, meskipun tidak pergi ke hadapan Hyang Buddha, bertekad untuk mencapat tingkat ksecuia arahat selama Hyang Buddha masih hidup, berusaha keras dalam latihan meditas. Bhiksu-bhiksu lain tidak memahaminya, membawanya ke hadapan Hyang Buddha dan berkat, 'Bhante, bhisu ini tidak terlihat mencintai dan memuja-Mu, seperti yang kami lakukan, ia hanya menyendiri. Sthavira Attadattha kemudia menjelaskan kepada merka bahwa ia sedang berusaha untuk mencapai tingkat kesucian arahat sebelum Hyang Buddha mencapai parinirwana, dan itulah alasannya mengapa ia tidak berada dekat Hyang Buddha.

Hyang Buddha kemudian berkata kepada para bhiksu. Para bhiksu, barang saiapa yang mencintai dan menghormati-Ku seharusnya berkelakuan seperti Attadattha. Kalian tidak menghormat saya hanya dengan memberikan bungabunga, wangi-angian, dupa atau datang menjenguk-Ku. Kalian memberi penghormatan kepada saya bila mempraktekkan Dharma yang telah Kuajarkan kepada kalian, seperti Lokuttara Dharma, yaitu meditasi pandangan terang (vipassana-bhavana).

Kemudian Hyang Buddha membabarkan syair 166 berikut :
"Dengan menolong orang lain, lalu seseorang hendaknya tidak melalaiokan kesejahteraan sendiri. Setelah memahami tujuan akhir bagi diri sendiri, hendaklah ia teguh melaksanakan tugas kewajibannya."

Sthavira Attadattha mencapai tingkat kesucian arahat seetlah khotbah Dharma itu berakhir,




0 comments:

Post a Comment

Powered by Blogger.