Friday, November 29, 2013


BAB 2
KEWASPADAAN

Syair 21, 22, & 23 :
Kewaspadaan adalah jalan menuju kekekalan; kelengahan adalah jalan menuju kematian. Orang yang waspada tidak akan mati, tetapi orang yang lengah bagaikan orang yang sudah mati.
Setelah mengerti hal ini dengan jelas, orang bijaksana akan bergembira dalam kewaspadaan dan bergembira dalam praktek para ariya.
Orang bijaksana yang tekun bersamadhi, hidup bersemangat dan selalu berusaha dengan sungguh-sungguh, pada akhirnya mencapai nirwana (kebebasan mutlak).

Syair 24 :
Orang yang penuh semangat, selalu sadar, murni dalam perbuatan, memiliki pengendalian diri, hidup sesuai dengan Dharma dan selalu waspada, maka kebahagiaannya akan bertambah.

Syair 25 :
Dengan usaha yang tekun, semangat, disiplin dan pengendalian diri; hendaklah orang bijaksana membuat pulau bagi dirinya sendiri yang tidak dapat ditenggelamkan oleh banjir.

Syair 26 & 27 :
Orang dungu yang berpengertian dangkal terlena dalam kelengahan; sebaliknya orang bijaksana senantiasa menjaga kewaspadaan, seperti menjaga harta yang paling berharga.
Jangan terlena dalam kelengahan, jangan terikat pada kesenangan-kesenangan indria. Orang yang waspada dan rajin bersamadhi akan memperoleh kebahagiaan sejati.

Syair 28 :
Bilamana orang bijakasana telah mengatasi kelengahan dengan kewaspadaan, maka ia akan bebas dari eksediahan, seakan memanjat menara kebijaksanaan dan memandang orang-orang yang menderita di sekelilingnya seperti seseorang yang berdidri di atas gunung memandang mereka yang berada di bawah.

Syair 29 :
Waspada di antara yang lengah, berjaga di antara yang tertidur; orang bijaksana akan maju terus, bagaikan seekor kuda yang tangkas berlari meningglkan kuda yang lemah dibelakangnya

Syair 30 :
Dengan menyempurnakan kewaspadaan Dewa Sakra dapat mencapat tingkat pemimpin di antara para dewa. Sesungguhnya, kewaspadaan itu akan selalu dipuji dan kelengah akan selalu dicela.

Syair 31 :
Seorang bhiksu yang bergembira dalam kewaspadaan dan melihat bahaya dalam kelengahan akan maju terus, membakar semua rintangan batin, bagaikan api membakar kayu, baik yang besar maupun yang kecil.

Syair 32 :
Seorang bhiksu yang bergembira dalam kewaspadaan dan melihat bahaya dalam kelengahan tak akan terperosok lagi, ia sudah berada di ambang pintu nirwasna.

Ceritera
Syair 21 :
Kisah seorang Bhiksu

Seorang bhiksu , setelah memperoleh pelajaran meditas dar iHyang Buddha, pergi ke hutan untuk bermeditasi. Meskipun ia berlatih dengan sungguh-sungguh, ia hanya memperoleh kemajuan yang sangat kecil. Akibatnya ia menjadi frustasi. Dengan berpikir akan memperoleh petunjuk dari Hyang Buddha, ia meninggalkan htuan menuju Vihara Jetavana.
Dalam perjalanannya, ia melewati nyala api yang sangat besar. Ia berlari menuju puncak gunung dan mencari tahu darimana api tersebut dating. Melihat api yang membakar itu, ia termenung. Pikirnya, seperti api yang membakar habis semuanya begitu juga pandangan terang akan membakar semua belenggu kehidupan, besar dan kecil.
Sementara itu, dari Kamar Harum (Gandhakuti) di Vihara Jetavana, hyang Buddha mengetahui apa yang dipikirkan oleh bhiksu stersebut. Beliau menampakkan diri dan berkata “Anakku, engkau berada di jalan pikiran yang benar. Pertahankanlah! Semua mahluk harus membakar belenggu kehidupannya dengan pandangan terang.
Kemudian Hyang Buddha membabarkan syair 31 berikut
“Seorang bhisu yang bergembira dalam kewaspadaan dan melihat bahaya dalam kelengahan akan maju terus membakar semua rintangan batin, bagaikan api membakar kayu baik yang besar maupun yang kecil.”
Bhiksu tersebut berhasil mencapai tingkat kesucian arahat setelah khotbah Dharma berakhir.




















                                                                                                                                               
































0 comments:

Post a Comment

Powered by Blogger.