Saturday, November 30, 2013

BAB 5
ORANG BODOH

Syair 60 :
Malam terasa panjang bagi orang yang berjaga, satu yojana terasa jauh bagi orang yang lelah; sungguh panjang siklus kehidupan bagi orang bodoh yang tak mengenal Ajaran Benar.

Syair 61 :
Apabila dalam pengembaraan seseorang tidak menemukan sahabat yang lebih baik atau sepadan dengan dirinya, maka hendaklah ia melanjutkan pengembaraannya seorang diri, janganlah bergaul dengan orang bodoh.

Syair 62 :
“Anak-anak ini milikku, kekayaan ini milkku,” demikianlah pikiran orang bodoh. Apabila dirinya sendiri sebenarnya bukan merupakan miliknya, bagaimana mungkin anak dan kekayaan itu menjadi miliknya?

Syair 63 :
Bila orang bodoh dapat menyadari kebodohannya, maka ia dapat dikatakan bijaksana, tetapi orang bodoh yang menganggap dirinya bijaksana, sesungguhnya daialah yang disebut orang bodoh.

Syair 64 :
Orang bodoh, walaupun selama hidupnya bergaul dengan orang bijaksana, tetap tidak akan mengerti Dharma, bagaikan sendok yang tidak dapat merasakan rasa sayur.

Syair 65 :
Walaupun hanya sesaat saja orang pandai bergau ldengan orang bijaksana, namun dengan segra ia akan dapat mengerti Dharma, bagaikan lidah yang dapat merasakan rasa sayur.

Syair 66 :
Orang bodoh yang dangkal pengetahuannya, memperlakukan diri sendiri seperti musuh; ia melakukan perbuatan jahat yang akan menghasilkan buah yang pahir.

Syair 67 :
Bilamana suatu perbuatan seteleh selesai dilakukan membuat seseorang menyesal, maka perbuatan itu tidak baik. Orang itu akan menerima akibat perbuatannya dengan ratap tangis dan wajah yang berlinang air mata.


Syair 68 :
Bila suatu perbuatan setelah selesai dilakukan tidak membuat seseorang menyesal, maka perbuatan itu adalah baik. Orang itu akan menerima buah perbuatannya dengan hati gembira dan puas.

Syair 69 :
Selama buah dari suatu perbuatan jahat belum masak, maka orang bodoh akan menganggapnya manis seperti madu; tetapi apabila buah perbuatannya itu telah masak, maka ia akan merasakan pahitnya penderitaan.

Syair 70 :
Biarpun bulan demi bulan orang bodoh memakan makanannya dengan ujung rumput kusa, namun demikian ia tidak berharga seperenambelas bagian dari mereka yang telah mengerti Dharma dengan baik.

Syair 71 :
Suatu perbuatan jahat yang telah dilakukan tidak segera menghasilkan buah, seperti air susu yang tidak langsung menjadi dadih; demikianlah perbuatan jahat itu membara mengikuti orang bodoh, seperti api yang ditutupi abu.

Syair 72 :
Orang bodoh mendapat pengetahuan dan kemasyuran yang menuju kepada kehancuran. Pengetahuan dan kemasyurannya itu akan menghancurkan semua perbuatan baiknya dan akan membelah kepalanya sendiri.

Syair 73 & 74 :
Seorang bhiksu yang bodoh menginginkan ketenaran yang keliru, ingin menonjol di antara para bhiksu, ingin berkuasa dalam vihara-vihara, dan ingin dihormati oleh semua keluarga.
“Biarlah umat awam dan para bhiksu berpikir bahwa hal ini hanya dilakukan olehku; dalam semua pekerjaan besar atau kecil mereka menunjuk diri,” demikianlah ambisi bhiksu yang bodoh itu; maka keinginan serta kesombongannya pun terus bertambah.

Syair 75 :
Ada jalan lain menuju pada keuntungan duniawi dan ada jalan lain yang menuju ke nIrwana. Setelah menyadari hal ini dengan jelas, hendaklah seorang bhiksu siwa Hyang Buddha tidak bergembira dalam hal-hal duniawi, tetapi mengembangkan pembebasan diri.


0 comments:

Post a Comment

Powered by Blogger.