Saturday, November 30, 2013

BAB 6
ORANG BIJAKSANA

Syair 76 :
Seandainya seseorang bertemu orang bijaksana yang mau menunjukkan dan memberitahukan kesalahn-kesalahannya seperti orang yang menunjukkan harta karun, hendaklah ia bergaul dengan orang bijaksana itu. Sungguh baik dan tidak tercela bergaul dengan orang yang bijaksana.

Syair 77 :
Biarlah ia member nasehat, petunjuk dan melarang apa yang tidak baik, orang bijaksana akan dicintai oleh orang yang baik dan dijauhi oleh orang yang jahat.

Syair 78 :
Jangan bergaul dengan orang jahat, jangan bergaul dengan orang yang berbudi rendah; tetapi begaullah dengan sahabat yang baik, bergaullah dengan orang yang berbudi luhur.

Syair 79 :
Ia yang mengenal Dharma akan hidup berahagia dengan pikiran yang tenang. Orang bijaksana selalu bergembira dalam ajaran yang dibabarkan oleh para Ariya.

Syair 80 :
Pembuat saluran air mengalirkan air, tukang panah meluruskan anak panh, tukang kayu melengkungkan kayu, orang bijaksana mengendalikan dirinya.

Syair 81 :
Bagaikan batu karang yang tak tergoyahkan oleh badai, demikian pula para bijaksana tidak akan terpengaruh oleh celaan maupun pujian.

Syair 82 :
Bagaikan danau yang dalam, airnya jernih dan tenang, demikian pula batin orang bijaksana menjadi tentram karena mendengarkan Dharma.

Syair 83 :
Orang bijak membuang kemelekatan terhadap segala sesuatu, orang suci tidak membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan nafsu keinginan. Dalam menghadapi kebahagiaan atau kemalangan, orang bijaksana tidak menjadi gembira maupun kecewa.

Syair 84 :
Seseorang  yang arif tidak berbuat jahat demi kepentingannya sendiri ataupun orang lain, demikian npula tidak menginginkan anak, kekayaan, pangkat atau keberhasilan dengan cara yang tidak benar. Orang seperti itulah yang sebenarnya berjiwa luhur, bijaksana dan berbudi.

Syair 85 & 86 :
Diantara umat manusia hanya sedikit yang dapat mencapai Pantai Seberang, sebagian besar hanya berjalan hilir mudik di tepi sebelah sini.
Mereka yang hidup sesuai dengan Dharma, yang telah diterangkan dengan jelas, akan mencapai Pantai Seberang, menyeberangi alam kematian yang sangat sukar diseberangi.

Syair 87, 88, dan 89 :
Meninggalkan rumah dan pergi menempuh kehidupan tanpa rumah, demikian hendaknya orang bijaksanan meninggalkan keadaan gelap (kebodohan) dan mengembangkan keadaan terang (kebijaksanaan). Hendaknya ia mencari kebahagiaan pada ketidakmelekatan yang sulit didapat.
Dengan meninggalkan semua kesenangan indria dan kemelekatan, demikian hendaknya orang bijaksana membersihkan dirinya dari noda-noda pikiran.
Mereka yang telah menyempurnakan pikirannya dalam Tujuh Faktor Penerangan yang tanpa ikatan, yang bergembira dengan batin yang bebas, yang telh bebas dari kekotoran batin, yang bersinar, maka sesungguhnya mereka telah mencapai Nirwana dalam kehidupan sekarang ini juga.

Ceritera Syair 84 : Kisah Bhiksu Dharmika
Dharmika tinggal di Savatthi bersama isterinya. Suatu hari, ia berkata kepada isterinya yang sedang hamil bahwa ia berkeinginan untuk menjadi seorang bhiksu. Isterinya memohon kepadanya agar menunggu sampai kelahiran anak mereka. Ketika anaknya lahir, ia kembali meminta kepada isterinya memohon kepadanya untuk menunggu sampai anaknya dapat berjalan.
Kemudian Dharmika berkata kepada dirnya sendiri “Tidak ada gunanya bagiku meminta persetujuan dari isteri untuk menjadi bhiksu, saya harus berjuang untuk kebebasan sendiri!” Setelah membuat keputusan teguh, ia meninggalkan rumahnya untuk menjadi seorang bhiksu. Hyang Buddha memberikan objek meditasi kepadanya dan ia mempraktekkan meditasi dengan sungguh-sungguh dan rajin, tak lama kemudian ia menjadi seorang arahat.
Beberapa tahun setelah itu, beliau menengok rumahnya dengan maksud untuk mengajarkan Dharma kepada isteri dan anaknya. Anaknya menjadi bhiksu dan kemudian mencapai tingkat kesucian arahat. Sang isteri kemudian berkata, “sekarang suami dan anakku telah meninggalkan rumah, saya lebih baik pergi jua. Dengan dasar pertimbangan kata-kata tersebut ia juga meninggalkan rumah dan menjadi bhiksuni, dan akhirnya juga mencapai tingkat kesucian arahat.
Dalam pertemuan para bhiksu, Hyang Buddha mengatakan bagimana Dharmika menjadi seorang bhiksu mencapai tingkat kesucian arahat. Bagaimana Dharmika berupaya membuat anak dan isterinya menjadi arhat juga. Kepada mereka Hyang Buddhat bersabda: “Para bhiksu, orang bijaksana tidak menginginkan kekayaan dan kemakmuran yang diperoleh dengan cara tidak enar. Apakah hal itu dilakukan demi dirinya sendiri atau demi orang lain. Ia hanya bekerja untuk tujuan membebaskan dirinya dari roa tumimbal lahir (samsara) dengan cara memahami Dharma dan hidup sesuai dengan Dharma.

0 comments:

Post a Comment

Powered by Blogger.