Saturday, November 30, 2013

BAB 9
KEJAHATAN

Syair 116 :
Bergegaslah berbuat kebajikan dan kendalikan pikiranmu dari kejahatan; barnag siapa lamban berbuat bajik, maka pikirannya akan senang dalam kejahatan.

Syair 117 :
 Apabila sesorang berbuat jahat, hendaklah ia tidak mengulangi perbuatannya itu, dan jangan merasa senang dengan perbuatan itu; seungguh menyakitkan akibat dari memupuk perbuatan jahat.

Syair 118 :
Apabila seseorang berbuat bajik, hendaklah dia mengulangi perbuatannya itu dan bersuka cita dengan perbuatannya itu; sungguh membahagiakan akibat dari memupuk perbuatan bajik.

Syair 119 & 120 :
Pembuat kejahatan hanya melihat hal yang baik selama buah perbuatan jahatnya belum masak, tetapi bilamana hasil perbuatannya itu telah masak, ia akan melihat akibat-akibatnya yang buruk.
Pembuat kebajikan hanya melihat hal yang buruk selama buah perbuatan baiknya belum masak, tetapi bilamana hasil perbuatannya itu telah masak, ia akan melihat akibat-akibatnya yang baik.

Syair 121 :
Jangan meremahkan kejahatan walaupun kecil, dengan berkata: ‘Perbuatan jahat tidak akan membawa akibat’. Bagaikan sebuah tempayan akan terisi penuh oleh air yang jatuh setetes demi setetes, demikian pula orang bodoh sedikit demi sedikit memenuhi dirinya dengan kejahatan.

Syair 122 :
Jangan meremahkan kebajikan walaupun kecil, dengan berkata: ‘Perbuatan baik tidak akan membawa akibat’. Bagaikan sebuah tempayan akan terisi penuh oleh air yang jatuh setetes demi setetes, demikian pula orang bijaksana  sedikit demi sedikit memenuhi dirinya dengan kebajikan.

Syair 123 :
Bagaikan seorang saudagar yang dengan sedikit pengawal membawa banyak harta menghindari jalan yang berbahaya, demikian pula orang yang mencintai hidup hendaknya menghindair racun dan hal-hal yang jahat.


Syair 124 :
Apabila seseorang tidak mempunyai luka di tangan maka ia dapat menggenggam racun. Racun tidak akan mencelakakan orang yang tidak luka. Tiada penderitaan bagi orang yang tidak berbuat jahat.

Syair 125 :
Barang siapa berbuat jahat terhadap orang baik, orang suci, dan orang yang tidak bersalah, maka kejahatan akan berbalik menimpa orang bodoh itu, bagaikan debu yang ditebarkan melawan arah angin..

Syair 126 :
Sebagian orang terlahir melalui kandungan, pelaku kejahatan terlahir di alam neraka, orang yang berkalkukan baik pergi ke surga; dan orang yang bebas dari kekotoran batin mencapai nirwana.

Syair 127 :
 Tidak dilangit, di tengah lautan, di celah-celah gunung atau di manapun juga dapat ditemukan suatu tempat bagi seseorang untuk dapat menyembunyikan diri dari akibat perbuatan jahatnya.

Syair 128 :
Tidak dilangit, di tengah lautan, di celah-celah gunung atau di manapun juga dapat ditemukan suatu tempat bagi seseorang untuk dapat menyembunyikan diri dari kematian.

Ceritera
Syair 125
Kisah Koka si pemburu

Suatu pagi saat Koka pergi berburu dengan anjing-anjing buruannya, ia melihat seorang bhiksu memasuki kota untuk berpindapatta. Pemburu mengira bahwa hal itu merupakan pertanda buruk dan menggerutu pada dirinya sendiri. “ Sejak saya melihat pemandangan ini, saya mengira saya tidak akan mendapatkan hasil buruan apapun hari ini,” dan ia melanjutkan perjalnannya. Seperti dugaannya, ia tidak memperoleh apapun.
Pada perjanan pulang, ia melihat kembali bhiksu yang sama sedang berjaan pulang ke vihara setelah menrima dana makanan di kota. Pemburu itu menjadi sangat marah. Ia melepaskan anjing-anjing buruannya kea rah bhksu terseubt. Dengan cepat bhiksu itu  memanjat sebatang phon yang tidak dapat dijangkau oleh anjing pembuur. Kemudian si pemburu pergi ke bawah pohon dan menusuk tumit kaki bhiksu tersebut dengan ujung anak panahnya.
Bhiksu itu sangat kesakitan dantidak mampu lagi memegang jubahnya. Jubah terlepas dan jatuh menutupi si pemburu yang berada di bawah pohon.
Anjing-anjing melihat jubah kuning terjatuh mengira bahwa bhiksu tesebut telah jatuh dari pohon. Segera anjing-anjing tersebut menyambar jubah kuning dan tubuh yang terbalut di dalamnya, menggigit dan mengguling-gulingkannya dengan penuh kemarahan.
Bhiksu itu dari persembunyiannya di atas phon mematahkan sebuah ranting pohon yang kering untuk menghalau anjing-anjing itu. Akhirnya anjing-anjing itu mengetahui bahwa mereka telah menyerang tuan mereka sendiri, bukan bhiksu, dan mereka berlarian ke dalam hutan.
Bhiksu tersebut turun dari atas phon, dan menemukan bahwa si pemburu telah meninggal dunia. Ia merasa menyesal atasnya. Bhksu itu juga bertanya dalam hatinya apakah dirinya bertanggung jawab atas kematian si pemburu karena tertutup oleh jubah kuningnya?
Kemudian bhiksu itu menghadap Hyang Buddha untuk menjernihkan keragu-raguannya. Hayng Buddha berkata, “Anakku, pastikan dan jangan lah ragu-ragu bahwa engkau tidak bertanggung jawab atas kematian pemburu. Pelaksanaan moral (sila) mu juga tidak tercemar oleh kematian itu. Lagi pula, pemburu itu mempunyai perbuatan keliru terhadap orang yang tidak berbuat salah sehingga ia memperoleh keadaan akhir yang menyedihkan.

0 comments:

Post a Comment

Powered by Blogger.